Laman

Kamis, 22 Oktober 2015

Sehat dan Langsing dengan Senam di Rumah




Kebanyakan wanita seiring dengan bertambahnya umur, punya kecenderungan menjadi gemuk. Apalagi jika sudah menikah dan punya anak. Badan yang tadinya langsing, bisa berubah jadi dua kali lipat berat badan semula. Bagi yang punya bayi ASI, memang belum bisa ngurusin badan. Repotnya mengurus bayi sering juga jadi alasan tidak punya waktu olahraga. Sampai disini masih bisa dimaklumi. Tapi bagaimana, jika kelebihan lemak di tubuh masih ada ketika si anak sudah lepas ASI? Atau sudah remaja? Hmmm...kekurangan waktu selalu jadi alasan IRT tidak berolahraga (padahal kalau nonton sinetron dua jam sehari, bisa…xixixi).
Saya pernah mengalami hal serupa, sekitar lima bulan yang lalu. Dengan tinggi 153 dan berat 67 kg, saya merasa obesitas. Apalagi saat itu Ali, anak kedua saya sudah lepas ASI setelah usianya dua tahun. Anak sulung saya, Khalisa, baru berusia 5 tahun. Suami sempat menyarankan saya untuk pergi ke sanggar senam, dan membawa serta anak-anak. Tapi oh tapi, Berhubung keduanya masih balita, sudah diperkirakan, akan ada kerepotan luar biasa jika saya tetap pergi ke sanggar senam membawa kedua anak kecil ini. Belum nyiapin mandi, makannya, susunya! Apalagi waktu itu si sulung sudah masuk TK, jadi tugas saya bertambah, selain ngurusin domestik, juga antar jemput Khalisa. Repotnya ngalahin orang kantoran.
Anyhow, berhubung saya sudah merasa inilah timing buat saya menguruskan badan, dan moment itu tak akan berulang, maka mau tak mau, suka tak suka, saya harus bisa menurunkan timbangan saya, bagaimanapun caranya *eaaaa!* Susah cari waktu olahraga keluar rumah, senam di rumah pun jadi.
Selanjutnya, saya berhasil menurunkan BB saya, sebesar 10 kg, dengan senam rutin di rumah, 3-4 kali seminggu, selama 3 bulan. Lalu apa saja tips dari saya supaya ibu-ibu bisa senam di rumah? Ini dia, cekidot!
1.      Disiplin
Tetapkan bahwa anda harus senam, dengan durasi (misalnya untuk 2 minggu pertama), 20 menit sehari. Idealnya memang senam dilakukan di pagi hari, tapi jika tidak sempat pagi, bisa dilakukan siang, atau sore. Tak harus selalu sama tiap hari. Terserah waktunya kapan, yang penting senam. Setelah 2 minggu lancar, durasi senamnya bisa ditingkatkan menjadi 30-40 menit setiap senam.
2.      Mulai dengan ‘low impact’.
Maksud ‘low impact’ disini, adalah senam dengan intensitas rendah, tidak terlalu lincah, apalagi bagi pemula. Untuk tahap awal, target kita baru sebatas membiasakan senam.
Jika selama dua minggu sudah terbiasa, anda bisa melakukan peningkatan yang tadinya ‘low impact’, menjadi ‘high impact’. Adanya pengalihan ini membuat tubuh anda bisa beradaptasi sehingga tidak terkejut dengan perubahan ritme senam tadi.
3.      Punya Video CD senam, bisa dengan membeli beredar, atau search di YouTube.
Bagi seorang amatir seperti saya, gerakan senam tidak bisa dilakukan sesuka hati. Gerakan senam sendiri terdiri dari 3 bagian. Pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Idealnya senam dilakukan dengan pengawasan instruktur senam, atau ke sanggar senam. Tapi kita, dengan berbagai alasan, kan tidak punya waktu untuk  pergi ke sanggar senam. Punya video senam sangat membantu anda untuk senam di rumah dengan gerakan yang lebih terarah.
4.      Abaikan pekerjaan rumah, setidaknya selama anda sedang senam.
Biasanya saya senam selama setengah jam di pagi hari, sekitar jam 06.00 WIB, usai sudah Sholat Subuh dan menyiapkan sarapan pagi. Biasanya kedua anak saya bangun jam sekitar jam 06.30  atau jam 07.00 pagi. Jadi saya punya waktu setengah jam sebelum mereka bangun. Nah, selama senam, saya cuekin aja segala piring dan baju kotor. Soalnya kalau saya kepikiran urusan domestic pas lagi senam, yang ada senamnya malah gak fokus.
5.      Bicarakan dengan suami
Wah, cuma mau senam di rumah, harus bicara dengan suami? Iya dong, soalnya disini kita menginformasikan pada suami, yang kira-kira kalau dibahasakan seperti ini.
Beib, besok pagi kan  Akyu mau senam di rumah, akyu minta tolong, kalau pas lagi senam, Bebeib jangan panggil-panggil eike. Sarapan dan teh manis sudah ada di meja makan. Trus yang biasanya rumah pagi-pagi sudah bersih, jadwalnya akyu mundurin. Soalnya akyu mau senam dulu. Bisa ya Beib?”
Saya jamin suami anda akan mengangguk-angguk kegirangan. Habis itu dia bilang, “Istriku tercinta, untuk seterusnya aku saja yang buat sarapan. Aku senang kalau kamu senam. Mudah-mudahan bisa langsing kayak gadis dulu.”
Andapun makin semangat senam, hehehe.
6.      Jaga makan.
Sudah jumpalitan buat curi-curi waktu senam di rumah, kita tetap harus membatasi kalori yang kita makan, lho! Kecuali anda bisa memastikan jumlah kalori yang anda bakar selama senam lebih banyak, bisa saja anda makan sepuasnya.
Saya sendiri, selama lima bulan terakhir, makan dengan pola :
-          Tetap sarapan dan makan siang dengan porsi biasa
-          Mengurangi ngemil, kalaupun kepingin boleh saja, tapi sedikiiiit!
-          Makan malam sebelum jam 7, lauk dan sayur saja, tanpa nasi.
7.      Jika anda masih memiliki anak yang ASI eksklusif, sebaiknya tidak melaksanakan poin 6 di atas.
Umumnya wanita menyusui selalu lapar. Saya memulai senam ketika anak kedua saya hampir usia 2 tahun. Nah, saat itu saya sempat diet dengan cara mengurangi makan nasi, dan memperbanyak lauk saja. Yang ada malah saya sering masuk angin, Ali anak kedua saya jadi rewel. Sebagai jalan tengah, akhirnya saya tetap senam, tapi tidak membatasi makanan. Setelah Ali lepas ASI di usianya yang genap 2 tahun, baru saya lebih membatasi asupan kalori saya..
8.      Perjelas tujuan senam anda
Awalnya saya senam cuma karena ingin kurus. Tapi seiring berjalannya waktu, tujuan saya bertambah. Saya ingin lebih sehat, bisa menemani suami dan anak-anak saya lebih lama. Umur memang di tangan Tuhan, tapi manusia tetap harus berusaha untuk menjaga kesehatannya.
9.      Pakai daster, bisa kok!
Enaknya senam di rumah, anda tak perlu pakai baju senam lengkap dengan sepatunya.
Tidak ada yang melarang anda pakai daster untuk senam di rumah.
10.  Berdoa
Bukankah senam adalah hal positif? Ingin tampil lebih cantik di hadapan suami, ingin hidup lebih sehat, tentu adalah hal yang positif. Jadi,  berdoalah pada Tuhan, agar anda diberi kekuatan tekad dan kesempatan, untuk bisa berolahraga setiap hari.

Demikian tips dari saya, semoga bermanfaat. Setelah ini, semoga kesibukan kita sebagai IRT, baik bekerja atau tidak, bukan halangan untuk berolahraga. Yuk, mari kita senam di rumah!