Kebanyakan wanita seiring dengan bertambahnya umur,
punya kecenderungan menjadi gemuk. Apalagi jika sudah menikah dan punya anak.
Badan yang tadinya langsing, bisa berubah jadi dua kali lipat berat badan
semula. Bagi yang punya bayi ASI, memang belum bisa ngurusin badan. Repotnya mengurus bayi sering juga jadi alasan tidak
punya waktu olahraga. Sampai disini masih bisa dimaklumi. Tapi bagaimana, jika
kelebihan lemak di tubuh masih ada ketika si anak sudah lepas ASI? Atau sudah
remaja? Hmmm...kekurangan waktu selalu jadi alasan IRT tidak berolahraga
(padahal kalau nonton sinetron dua jam sehari, bisa…xixixi).
Saya pernah mengalami hal serupa, sekitar lima bulan
yang lalu. Dengan tinggi 153 dan berat 67 kg, saya merasa obesitas. Apalagi
saat itu Ali, anak kedua saya sudah lepas ASI setelah usianya dua tahun. Anak
sulung saya, Khalisa, baru berusia 5 tahun. Suami sempat menyarankan saya untuk
pergi ke sanggar senam, dan membawa serta anak-anak. Tapi oh tapi, Berhubung
keduanya masih balita, sudah diperkirakan, akan ada kerepotan luar biasa jika
saya tetap pergi ke sanggar senam membawa kedua anak kecil ini. Belum nyiapin
mandi, makannya, susunya! Apalagi waktu itu si sulung sudah masuk TK, jadi
tugas saya bertambah, selain ngurusin
domestik, juga antar jemput Khalisa. Repotnya ngalahin orang kantoran.
Anyhow,
berhubung
saya sudah merasa inilah timing buat
saya menguruskan badan, dan moment itu tak akan berulang, maka mau tak mau,
suka tak suka, saya harus bisa menurunkan timbangan saya, bagaimanapun caranya
*eaaaa!* Susah cari waktu olahraga keluar rumah, senam di rumah pun jadi.
Selanjutnya, saya berhasil menurunkan BB saya,
sebesar 10 kg, dengan senam rutin di rumah, 3-4 kali seminggu, selama 3 bulan.
Lalu apa saja tips dari saya supaya ibu-ibu bisa senam di rumah? Ini dia, cekidot!
1.
Disiplin
Tetapkan bahwa
anda harus senam, dengan durasi (misalnya untuk 2 minggu pertama), 20 menit
sehari. Idealnya memang senam dilakukan di pagi hari, tapi jika tidak sempat
pagi, bisa dilakukan siang, atau sore. Tak harus selalu sama tiap hari. Terserah
waktunya kapan, yang penting senam. Setelah 2 minggu lancar, durasi senamnya
bisa ditingkatkan menjadi 30-40 menit setiap senam.
2.
Mulai dengan ‘low impact’.
Maksud ‘low impact’
disini, adalah senam dengan intensitas rendah, tidak terlalu lincah, apalagi
bagi pemula. Untuk tahap awal, target kita baru sebatas membiasakan senam.
Jika selama dua minggu sudah terbiasa, anda bisa
melakukan peningkatan yang tadinya ‘low impact’, menjadi ‘high impact’. Adanya
pengalihan ini membuat tubuh anda bisa beradaptasi sehingga tidak terkejut
dengan perubahan ritme senam tadi.
3.
Punya Video CD senam, bisa dengan
membeli beredar, atau search di YouTube.
Bagi seorang
amatir seperti saya, gerakan senam tidak bisa dilakukan sesuka hati. Gerakan
senam sendiri terdiri dari 3 bagian. Pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.
Idealnya senam dilakukan dengan pengawasan instruktur senam, atau ke sanggar
senam. Tapi kita, dengan berbagai alasan, kan tidak punya waktu untuk pergi ke sanggar senam. Punya video senam sangat
membantu anda untuk senam di rumah dengan gerakan yang lebih terarah.
4.
Abaikan pekerjaan rumah, setidaknya
selama anda sedang senam.
Biasanya saya
senam selama setengah jam di pagi hari, sekitar jam 06.00 WIB, usai sudah
Sholat Subuh dan menyiapkan sarapan pagi. Biasanya kedua anak saya bangun jam
sekitar jam 06.30 atau jam 07.00 pagi.
Jadi saya punya waktu setengah jam sebelum mereka bangun. Nah, selama senam, saya
cuekin aja segala piring dan baju
kotor. Soalnya kalau saya kepikiran urusan
domestic pas lagi senam, yang ada senamnya malah gak fokus.
5.
Bicarakan dengan suami
Wah, cuma mau
senam di rumah, harus bicara dengan suami? Iya dong, soalnya disini kita
menginformasikan pada suami, yang kira-kira kalau dibahasakan seperti ini.
“Beib, besok pagi kan Akyu
mau senam di rumah, akyu minta
tolong, kalau pas lagi senam, Bebeib
jangan panggil-panggil eike. Sarapan dan teh manis sudah ada di meja makan.
Trus yang biasanya rumah pagi-pagi sudah bersih, jadwalnya akyu mundurin. Soalnya akyu mau senam dulu. Bisa ya Beib?”
Saya jamin suami
anda akan mengangguk-angguk kegirangan. Habis itu dia bilang, “Istriku
tercinta, untuk seterusnya aku saja yang buat sarapan. Aku senang kalau kamu
senam. Mudah-mudahan bisa langsing kayak gadis dulu.”
Andapun makin
semangat senam, hehehe.
6.
Jaga makan.
Sudah jumpalitan buat curi-curi waktu senam di
rumah, kita tetap harus membatasi kalori yang kita makan, lho! Kecuali anda
bisa memastikan jumlah kalori yang anda bakar selama senam lebih banyak, bisa
saja anda makan sepuasnya.
Saya sendiri,
selama lima bulan terakhir, makan dengan pola :
-
Tetap sarapan dan makan siang dengan
porsi biasa
-
Mengurangi ngemil, kalaupun kepingin boleh saja, tapi sedikiiiit!
-
Makan malam sebelum jam 7, lauk dan
sayur saja, tanpa nasi.
7.
Jika anda masih memiliki anak yang ASI
eksklusif, sebaiknya tidak melaksanakan poin 6 di atas.
Umumnya wanita
menyusui selalu lapar. Saya memulai senam ketika anak kedua saya hampir usia 2
tahun. Nah, saat itu saya sempat diet dengan cara mengurangi makan nasi, dan
memperbanyak lauk saja. Yang ada malah saya sering masuk angin, Ali anak kedua
saya jadi rewel. Sebagai jalan tengah, akhirnya saya tetap senam, tapi tidak
membatasi makanan. Setelah Ali lepas ASI di usianya yang genap 2 tahun, baru
saya lebih membatasi asupan kalori saya..
8.
Perjelas tujuan senam anda
Awalnya saya
senam cuma karena ingin kurus. Tapi seiring berjalannya waktu, tujuan saya
bertambah. Saya ingin lebih sehat, bisa menemani suami dan anak-anak saya lebih
lama. Umur memang di tangan Tuhan, tapi manusia tetap harus berusaha untuk
menjaga kesehatannya.
9.
Pakai daster, bisa kok!
Enaknya senam di
rumah, anda tak perlu pakai baju senam lengkap dengan sepatunya.
Tidak ada yang
melarang anda pakai daster untuk senam di rumah.
10.
Berdoa
Bukankah senam
adalah hal positif? Ingin tampil lebih cantik di hadapan suami, ingin hidup
lebih sehat, tentu adalah hal yang positif. Jadi, berdoalah pada Tuhan, agar anda diberi
kekuatan tekad dan kesempatan, untuk bisa berolahraga setiap hari.
Demikian tips
dari saya, semoga bermanfaat. Setelah ini, semoga kesibukan kita sebagai IRT,
baik bekerja atau tidak, bukan halangan untuk berolahraga. Yuk, mari kita senam
di rumah!